Seperti sore-sore sebelumnya saya dan teman teman
sebaya selalu nongkrong di pinggir jalan dekat tempat billiard sehabis mandi. Waktu itu saya masih
duduk dikelas 2 SMP. Ditengah saya lagi asyik-asyik bercanda gurau dengan
teman-teman, tiba-tiba ada sorang laki-laki yang datang menghampiri saya dan
menanyakan
sesuatu kepada saya, “kau kok tidak kekampung?”. Dengan perasaan bingung saya balik bertanya, “ngapain
kekampung? Ini masih hari selasa, 2 hari yang lalu saya baru dari kampung”.
Dulu waktu SMP, setiap hari sabtu saya selalu pulang
kampung bersama keluarga menghabiskan malam minggu dirumah. Lalu Laki-laki itu bilang “Kau tidak tau ada
berita dari kampung?”. Dengan panik saya bertanya lagi “Berita apa?”. “Ine lena
sudah meninggal”, lanjutnya.
Ine lena adalah istri dari kakak ayahku, suaminya
sudah meninggal sebelum saya lahir dan tidak mempunyai anak. Rasanya seperti ketiban batu yang sangat besar
ketika mendengar itu. Saya tidak percaya, seakakn-akan ini mimpi, soalnya baru
dua hari yang lalu saya masih bisa melihat dia melakukan aktifitasnya, dia
masih sehat-sehat saja. Tidak ada tanda-tanda dia lagi sakit.
Saya harap ini hanya mimpi, dan kalaupun benar ada berita
duka dari kampung, saya harap ini bukan dia (ine lena), karena saat itu ada
seorang nenek di keluarga besar saya lagi sakit keras. Tapi ternyata keadaan
berkehendak lain. Sungguh sore itu benar-benar kelam buat saya.
Saya langsung kekampung bersama laki-laki itu. Disepanjang
perjalanan saya terpaku, seakan tetap tidak percaya. Saya selalu berharap kalau
tubuh saya masih terbaring ditempat tidur dan ini hanyalah bunga tidurku. Sekitar
beberapa meter sampai dirumah saya mendengar orang menangis, secara tidak sadar
air mata saya jatuh berkali-kali. Ternyata ini benar, semuanya benar ini bukan
mimpi, ini nyata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar